Hawa dingin Cemorolawang dinihari waktu itu membangunkan saya dari tidur. Ternyata jam di handphone baru menunjukkan pukul 2.00am, namun ketika melihat ke sebelah kanan, uut (nining, red) udah sibuk ngutak-ngatik androidnya. buseeeet.
Sesuai dengan rencana semalam yang sudah disepakati, pagi itu kami berniat untuk naik ke Pananjakan dalam tujuan mengejar matahari Bromo. Benar saja, jarum jam belum menunjukkan pukul 4, namun seorang pemuda Tengger datang ke homestay untuk menjemput kami. Belakangan, pria tersebut memperkenalkan dirinya dengan Runtut, ya, Mas Runtut lah pemilik jeep dan akan mengantarkan kami ke Pananjakan pagi itu.
Setelah semua siap, jeep berwarna putih tersebut mulai meninggalkan Cemorolawang dan bersiap menuju Pananjakan. Tidak banyak yang bisa dinikmati ketika itu, selain hawa dignin dan jalanan yang menanjak dengan beberapa tikungan tajam. Tidak sampai satu jam, akhirnya jeep kami sampai di parkiran Pananjakan, dan disana ternyata sudah banyak jeep-jeep lain yang berbaris rapih memanjang di sepanjang parkiran.
Semakin lama kaki ini melangkah kedalam, ternyata di dalam Pananjakan sana sudah banyak orang-orang yang mempunyai tujuan sama dengan kami, yes, catching the sunrise. Dan saya baru tahu, di Pananjakan itu ada beberapa wisatawan yang memilih untuk bermalam dan bersahabat dengan hawa dingin Pananjakan (yang katanya) 2200 mdpl. wow insane! :))
Suasana Pananjakan di pagi itu.
Waktu semakin terus bergerak, beriringan dengan orang-orang yang semakin meringsek untuk mencari spot terbaik untuk menjadi saksi kemunculan sang mentari di pagi hari itu. Namun, sayangnya, pagi itu matahari tidak menampakkan dirinya dengan sempurna, hanya rona kemerahan dilangit yang menjadi pertanda pergantian dari malam ke fajar. 😦 Namun, walaupun kemunculannya yang tidak sempurna, tapi kami tetap bersyukur dan senang bisa menyaksikan dengan mata sendiri kebesaran Tuhan yang lainnya.
Penampakan Sunrise dari Pananjakan
Enggak banyak yang bisa dilakukan selama disana, selain memotret dan mengabadikan keindahan alam dengan latar belakang panorama Bromo. Setelah dirasa puas motret sana motret sini, kami pun bergegas untuk turun menuju kembali ke parkiran untuk menikmati keindahan destinasi selanjutnya.
Sesuai dengan perjanjian sebelumnya, biasanya paket yang di dapat ketika menyewa jeep adalah mengunjungi 2 obyek wisata, yakni ke Pananjakan, dan satunya lagi adalah mengunjungi padang savana, dan menanjak ke caldera Bromo.
Rute Perjalan dari Pananjakan menuju ke padang pasir dan caldera Bromo adalah rute yang sama yang dilewati ketika berangkat dari Cemorolawang menuju Pananjakan. Setelah sekitar 30 menit, akhirnya kami diturunkan di lautan pasir yang luas. Sepanjang mata memandang, hanya terlihat lautan pasir. Gunung dan caldera Bromo pun sudah telihat dari tempat kami diturunkan.
Biasanya para wisatawan yang ingin naik dan melihat Caldera Bromo, akan diturunkan di parkiran dimana jeep-jeep yang lainnya juga bersandar disana. Dari parkiran tersebut ada 2 alternatif yang bisa dipakai untuk menuju anak tangga Bromo, yakni dengan menyewa kuda, dan pilihan lainnya adalah berjalan kaki.
Untuk menyewa kuda, tentu saja anda perlu mengeluarkan biaya ekstra. Ada hal unik yang ditemui tentang tarif kuda di Bromo. Ketika baru turun pertama kali dari jeep, banyak abang-abang yang membuka harga 100k untuk biaya PP (parkiran – tangga bromo – parkiran). Namun, ketika sedikit berjalan kedalam, saya pun menemukan ada yang menyewakan kuda hanya dengan 20k saja. wow! mejic!
Kuda di Bromo
Kami pun (kecuali evi, yang notabene mempunyai trackrecord asma) memilih untuk berusaha (sekuat tenaga) untuk jalan kaki menuju anak tangga Bromo. Awalnya ngerasa kalo dari parkiran ke bawah anak tangga itu dekat, but if you think like that, ur def wrong guys! dari parkiran ke bawah tangga bromo itu jauh, dan untuk bisa melihat Caldera Bromo, anda harus menaiki sekitar 250 anak tangga yang sempit, licin, dan agak terjal. Jadi, yang sekiranya enggak sanggup, bisa mencoba alternatif dengan menyewa kuda dan merasakan sensasi berkuda di bawah gunung Bromo.
Penampakan anak tangga Bromo
Tangga menuju Caldera Bromo
Caldera Bromo
Setelah berjuang menaikin sekitar 250 anak tangga, akhinya kami sampai di atas Caldera Bromo. Dari atas sana kalian bisa melihat Caldera Bromo dan bisa menikmati pemandangan sekitar Gunung Bromo dari ketinggian. Luar Biasa, satu lagi kebesaran Tuhan yang bisa saya nikmati keindahannya.
Tapi perlu diwaspadai, ketika anda berada diatas sini, anda harus berwaspada terhadap keselamatan diri anda. Disini, pagar pembatas dan pengaman sudah hancur. Sementara itu, disana tempatnya kecil dan semua orang ingin berlomba-lomba melihat kawah dari dekat, sehingga mereka akan saling berebutan menuju tempat terdepat agar bisa melihat kawah dari dekat. Jadi, jika anda dan rekan-rekan berada disini, agar selalu berwaspada untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan.
TEAM BROMO